<$BlogMetaData$>

Saturday, March 31, 2007

When You Divorce Me, Carry Me Out in Your Arms

Pada hari pernikahanku,aku membopong istriku. Mobil
pengantin berhenti didepan flat kami yg cuma berkamar satu. Sahabat2ku
menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil.
Jadi kubopong ia memasuki rumah kami. Ia kelihatan malu2. Aku adalah
seorang pengantin pria yg sangat bahagia.


Ini adalah kejadian 10 tahun yg lalu. Hari2 selanjutnya
berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening: Kami mempunyai
seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan
banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami
pun semakin surut.


Ia adalah pegawai sipil. setiap pagi kami berangkat
kerja bersama2 dan sampai dirumah juga pada waktu yg bersamaan. Anak
kami sedang belajar di luar negeri. Perkimpoian kami kelihatan bahagia.
Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yg tidak
kusangka2.

Dee hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yg
cerah. Aku berdiri di balkon. dengan Dee yg sedang merangkulku. Hatiku
sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. ini adalah apartment yg
kubelikan untuknya.

Dee berkata , "kamu adalah jenis pria terbaik yg menarik
para gadis. "Kata2nya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami
baru menikah,istriku pernah berkata, "Pria sepertimu,begitu sukses, akan
menjadi sangat menarik bagi para gadis. " Berpikir tentang ini, Aku
menjadi ragu2. Aku tahu kalo aku telah menghianati istriku.
Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dee dan
berkata, "kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada
sedikit urusan dikantor" Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah
berjanji menemaninya. Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin
jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin.


Bagaimanapun,aku merasa sangat sulit untuk membicarakan
hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan
sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yg baik. Setiap malam
ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV.


&nb! sp; Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV
sama2. Atau, Aku akan menghidupkan komputer,membayangkan tubuh Dee. Ini
adalah hiburan bagiku.


Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "seandainya kita
bercerai, apa yg akan kau lakukan? " Ia menatap padaku selama beberapa
detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah
sesuatu yg sangat jauh dari ia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia
akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius.


Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dee baru saja
keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata
penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama
berbicara dengan ia.. Ia kelihatan sedikit kecurigaan Ia berusaha
tersenyum pada bawaha! n2ku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya.

Sekali lagi, Dee berkata padaku," He Ning, ceraikan ia,
O.K.? Lalu kita akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak
boleh ragu2 lagi. Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku
pegang tangannya,"Ada sesuatu yg harus kukatakan" Ia duduk diam dan
makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba2
aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir.
"aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.
Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata2ku, tapi ia bertanya secara
lembut,"kenapa?" "Aku serius. " Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban
ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak
kepadaku,"Kamu bukan laki2!" .


! Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang
menangis.. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yg telah terjadi dengan
perkimpoian kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yg memuaskan
sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Dee.


Dengan perasaan yg amat bersalah, Aku menuliskan surai
perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari
perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa
bagian.. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yg telah
10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yg asing dalam
hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yg telah kuucapkan.


Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku,dimana hal
tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan
suatu pembeb! asan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam
beberapa minggu ini dan sekarang sungguh2 telah terjadi ..

Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui
klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera
ketiduran .Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih
menulis. Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat2 dari perceraiannya:
ia tidak menginginkan apapun dariku, tapi aku harus memberikan waktu
sebulan sebelum menceraikannya,dan dalam waktu sebulan itu kami harus
hidup bersama seperti biasanya. Alasannya sangat sederhana: Anak kami
akan segera menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan
lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami.
Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya," He Ning, apakah kamu
masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari
pernikahan kita? Pertanyaan ini tiba2 mengembalikan beberapa kenangan
indah kepadaku . Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku
dilenganmu", katanya,


"jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap
membopongkuku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir
bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke
pintu ."Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa
kenangan indah yg telah berlalu dan berharap perkimpoiannya diakhiri
dengan suasana romantis.

Aku memberitahukan Dee soal syarat2 perceraian dari
istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya.
"Bagaimanapun trik yg ia lakukan,ia harus menghadapi hasil dari
perceraian ini," ia mencemooh. Kata2nya me! mbuatku merasa tidak enak.

Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak
kukatakan perceraian itu. kami saling menganggap orang asing. Jadi
ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah.
Anak kami menepuk punggung kami,"wah, papa membopong mama, mesra sekali"
Kata2nya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu
ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku.


Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut," mari kita
mulai hari ini,jangan memberitahukan pada anak kita."Aku mengangguk,
merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu
bus, dan aku pergi ke kantor.


Pada hari kedua, bagi! kami terasa lebih mudah. Ia
merebah di dadaku, Kami begitu dekat sampai2 aku bisa mencium wangi di
bajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan
mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi.beberapa kerut
tampak di wajahnya. Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "kebun diluar
sedang dibongkar.hati2 kalau kamu lewat sana."


Hari keempat,ketika aku membangunkannya,aku merasa kalau
kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong
kekasihku dilenganku.


Bayangan Dee menjadi samar. Pada hari kelima dan enam,
ia masih mengingatkan aku beberapa hal,seperti,dimana ia telah menyimpan
baju2ku yg telah ia setrika, aku harus hati2 saat memasak, dll. Aku
mengangguk. Perasaan kedekatan terasa semakin er! at. Aku tidak
memberitahu Dee tentang ini.


Aku merasa begitu ringan membopongnya.Berharap setiap
hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya,
"kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang"

Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk
membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa
menemukan yg cocok. Lalu ia melihat,"semua pakaianku kebesaran". Aku
tersenyum.Tapi tiba2 aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu
sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku
semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali
lagi , aku merasakan perasaan sakit

Tanpa sadar ku ! sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada
saat tersebut. "Pa,sudah waktunya membopong mama keluar" Baginya,
melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yg
penting . Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan
merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan
berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku,
berjalan dari kamar tidur,melewati ruang duduk ke teras Tangannya
memegangku secara lembut dan alami. aku menyanggah badannya dengan kuat
seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak
pucat dan kurus, membuatku sedih.


Pada hari terakhir,ketika aku membopongnya dilenganku,
aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. ia
berkata, "sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita
tua" Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "anta! ra kita saling tidak
menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra".

Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya.
Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki
tangga.


Dee membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf Dee, Aku
tidak ingin bercerai. Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget. Ia
menyentuh dahiku."Kamu tidak demam". Kutepiskan tanganya dari
dahiku"maaf, Dee,Aku cuma bisa bilang maaf padamu, Aku tidak ingin
bercerai.


Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan
aku tidak bisa merasakan nilai2 dari kehidupan,bukan disebabkan kami
tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku
membopongnya m! asuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan
menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu" Dee tiba2 seperti
tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dgn
kencang dan tangisannya meledak. Aku menuruni tangga dan pergi ke
kantor. Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, ku pesan sebuah
buket bunga kesayangan istriku Penjual bertanya apa yg mesti ia tulis
dalam kartu ucapan? Aku tersenyum, dan menulis :

" Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua.."
Bookmark and Share
posted by Rahmad at 4:10 AM

0 Comments:

Post a Comment

<< Home